Panen raya kedelai Garuda Merah Putih di Lampung Utara pada Rabu (29/10) tidak lepas dari sentuhan tangan anak bangsa. Di balik panen raya tersebut, ada kerja keras Prof Ali Zum Mashar yang berhasil mengembangkan bibit unggul Non-GMO Garuda Merah Putih.
Pengembangan bibit unggul kedelai tersebut dilakukan di Pusat Riset Pertanian Mikroba Google seluas 60 hektare di wilayah Cinangka, Serang, Banten. Dari riset tersebut, lahir teknologi pertanian berbasis mikroba yang dikembangkan oleh PT Karya Unggulan Anakbangsa (PT KUAB).
Teknologi tersebut sudah terbukti mampu meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan. Kini PT KUAB sudah berkolaborasi dengan TNI AL yang menjadikan kedelai Garuda Merah Putih sebagai komoditas utama dalam pelaksanaan program ketahanan pangan.
Hasilnya, panen raya kedelai Garuda Merah Putih yang dihadiri oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin dan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menunjukkan lonjakan produktivitas signifikan bila dibandingkan dengan rata-rata nasional.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Utara, produktivitas mencapai 4,1-5,25 ton per hektare, dengan potensi tertinggi 6,58 ton. Capaian tersebut, membuat Indonesia berpeluang memperkuat kemandirian pangan melalui riset dan inovasi teknologi lokal.
”Capaian ini membuktikan inovasi anak bangsa bisa menggantikan ketergantungan impor kedelai dunia,” ujar Prof Ali pada Kamis (30/10).
Peneliti yang juga Direktur Utama PT KUAB itu menyampaikan bahwa keunggulan kedelai Garuda Merah Putih tidak hanya pada produktivitas tinggi, melainkan juga kualitas biji unggul. Kualitas Non-GMO-nya cocok untuk industri pangan lokal seperti tempe, tahu, hingga susu kedelai dan tepung.
Lebih lanjut, Prof Ali menyampaikan bahwa pasokan kedelai unggul tersebut berpotensi memperkuat ekonomi kerakyatan dan rantai pasok pangan nasional. Dia juga yakin, industri hilir akan tumbuh dengan bahan baku lokal yang lebih terjangkau dan berkualitas.
”Riset anak bangsa adalah kunci mewujudkan Indonesia swasembada dan berdaulat pangan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan bahwa panen raya kedelai di Lampung Utara mencatat sejarah. Lewat panen raya itu, dia optimistis kedepan Indonesia tidak akan lagi mengimpor kedelai. Sebaliknya, Indonesia bisa menjadi negara pengekspor kedelai.
”Ini adalah hari yang betul-betul bersejarah strategis. Kita memulai garis awal rencana untuk menanam swasembada kedelai, dan ini akan diprakarsai oleh Tentara Nasional Indonesia,” kata dia.
Sjafrie pun mengungkapkan bahwa panen tersebut merupakan langkah strategis untuk menjadikan Lampung Utara sebagai salah satu pusat pengembangan kedelai nasional. Lewat sinergi dan kerja keras TNI bersama masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk berdaulat di bidang pangan, khususnya kedelai.
”Wilayah ini harus menjadi pusat swasembada kedelai untuk seluruh Indonesia. Dengan formula, dengan pola, dan kemauan kerja keras dari TNI, maka Indonesia bisa menjadi negara bukan pengimpor kedelai lagi, tapi negara pengekspor kedelai yang akan kita rebut pada kesempatan pertama tahun 2025 dan 2026 ini,” imbuhnya.